08/05/09

Kamis , 14/08/2008
Rehab 11 Gedung Sekolah Ditargetkan Rampung 2008

Upaya untuk memperbaiki kualitas gedung sekolah terus dilakukan Dinas Pendidikan Dasar (Dikdas) DKI Jakarta. Saat ini, ada 11 gedung sekolah yang sedang dalam perbaikan dan ditargetkan rampung tahun ini. Agar tidak ada ketimpangan saat pembangunannya, Dikdas akan bekerja sama dengan Kantor Tata Bangunan dan Gedung (KTBG) dan konsultan untuk melakukan pengawasan.

Sekolah yang akan mengalami perbaikan adalah SMPN 163 (Jakarta Selatan), SMPN 189 (Jakarta Barat), SMPN 193 (Jakarta Timur), SMPN 215 (Jakarta Barat), SMPN 220 (Jakarta Barat). Kemudian SDN Mangga Besar 11, SDN Tugu Utara 15, SDN Kamal Muara 01, SDN Kembangan 01, SDN Sunter Jaya 03. Satu SDN dan 4 SMPN di antaranya merupakan proyek lanjutan tahun sebelumnya.

Sedangkan jumlah sekolah yang sudah dilakukan rehab total sejak tahun 2005-2007 lalu ada 67 sekolah. Rinciannya, 2005 ada 24 sekolah (18 SDN dan 6 SMPN), 2006 ada 14 sekolah (6 SDN dan 8 SMPN). Kemudian tahun 2007 ada 29 unit terdiri dari 20 SDN dan 9 SMPN.

Sukesti Martono, Kepala Dinas Dikdas DKI Jakarta, menegaskan, untuk rehab total terhadap 11 gedung di Jakarta, bagi Dinas Dikdas sudah tidak ada masalah lagi. Apalagi saat ini prosesnya sudah dimulai, yakni sudah masuk pada tahapan Surat Perintah Kerja (SPK). Saat ini, Dikdas sudah melakukan rapat koordinasi dengan gubernur. Direncanakan rehab total terhadap 11 gedung sekolah itu rampung tahun ini, mengingat seluruh pembangunan tidak masuk proyek multiyears, sehingga penganggarannya tidak dilakukan secara berkepanjangan. “Pokoknya tahun ini juga harus sudah selesai, tentunya tetap menggunakan standar kualitas yang tidak terkurangi,” kata Sukesti kepada beritajakarta.com, Rabu (20/8).

Mengenai pemeliharaan jika sudah rampung, diharapkan sekolah mampu menyiasatinya jangan mengandalkan pemerintah. Misalnya dengan kucuran dana BOP/BOS maka hendaknya tiap kepala sekolah dapat mengoperasionalkannya dengan baik dan benar. Setidaknya 15 persen dari dana tersebut harus dioptimalkan untuk pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah. Semua pengelolaan diserahkan pada pihak sekolah masing-masing berdasarkan manajemen berbasis sekolah. Penggunaan 15 persen dari dana BOS/BOP ini juga dalam rangka untuk penggunaan gedung yang lebih panjang waktunya. Makanya, setiap ada perbaikan gedung, atapnya itu harus menggunakan konstruksi baja ringan sehingga bangunan tetap awet.

Agar penyelesaian pembangunan seluruh gedung selesai sesuai target, Dikdas bakal menerapkan kerja dua shift (16 jam) per hari dalam pembangunannya. "Pokoknya kami berupaya agar target penyelesaian tercapai," sambung Rudy Siahaan, Kasubdis Gedung dan Perlengkapan Dinas Dikdas DKI Jakarta kepada beritajakarta,com, Rabu (20/8). Ia menegaskan, jika ada pemborong atau pelaksana pembangunan yang tidak dapat menuntaskan pekerjaannya pada tahun 2008 ini bisa diberikan sanksi tegas. Sanski tersebut bisa berupa, denda per hari sejumlah 1 per mil x nilai kontrak. Kemudian, perusahaan yang mengerjakan proyek tersebut dalam daftar hitam dan jaminan pelaksanaan dicairkan.

Ia mengakui sempitnya waktu pengerjaan proyek mengakibatkan proses perbaikan sedikit terkendala. Belum lagi harga material yang sangat tinggi, tenaga kuli, dan anggaran yang tersedia. Saat ini pembangunan terhadap 11 sekolah yang akan direhab total itu sudah pada tahap awal pembangunan. Selain rehab total, Dinas Dikdas juga akan melakukan rehab berat terhadap 147 sekolah SDN/SMPN. Seluruh sekolah itu tersebar di lima wilayah ibukota, namun untuk rehab berat kewenangannya ada di Sudin masing-masing.

Menanggapi pengerjaan gedung sekolah yang sedang dikebut, Agus Dharmawan, anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta menyayangkan, lambannya pengerjaan proyek pembangunan fisik tersebut karena ini bukan yang pertama kalinya. Menurutnya, sejak empat tahun terakhir ini, proyek fisik selalu dikerjakan di akhir tahun sehingga pengerjaannya tergesa-gesa. Harusnya pengerjaan gedung itu dilakukan di awal atau pertengahan tahun.

Jika pemenang tender berdalih menunggu anggaran cair maka hendaknya cari pengusaha lain yang mampu menalangi biaya rehab gedung tersebut. Agus khawatir, jika pengerjaan fisik itu dilakukan tergesa-gesa maka tidak akan tuntas. Kalaupun dipaksakan tuntas tahun ini maka kualitas bangunannya tidak maksimal. Alasannya, setiap bangunan yang menggunakan bahan semen maka perlu waktu lama untuk pengeringan, apalagi jika berupa cor-coran. “Pokoknya kemungkinan besarnya itu tidak kelar pada tahun ini. Kalaupun dipaksakan kelar, maka kualitasnya tidak bagus,” ujarnya kepada beritajakarta.com Rabu (20/8).

sumber http://www.jakarta.go.id/v22/darimejagub/pembangunan.php?idm=&jns=1&idkb=12&idnya=1812
oleh : NURITO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar